Sengketa hak paten antara Apple dan Samsung terus berlanjut di California, Amerika Serikat. Salah satu perkembangan terbaru yang dilaporkan oleh Cnet, pihak Samsung memanggil seorang saksi ahli untuk menghitung besarnya "utang" atau ganti rugi yang harus dibayarkan ke Apple, apabila Samsung terbukti melanggar paten dari perusahaan Apple.
Saksi yang dipanggil oleh Samsung bukanlah orang sembarangan. Dia adalah Judith Chevalier, seorang profesor ekonomi dan keuangan dari Universitas Yale. Beliau mengatakan, bahwa biaya lisensi yang ditarik Apple dari Samsung seharusnya berada dikisaran 35 sen per paten perangkat.
Apabila Samsung terbukti bersalah menjual 37 juta perangkat yang mengandung teknologi dalam paten bermasalah seperti yang dituduhka Apple, maka perusahaan negeri ginseng tersebut harus membayar ganti rugi biaya lisensi sejumlah 38,4 juta dollar atau sekitar Rp 440 miliar.
Jumlah yang lumayan fantastik bukan ? Tapi, angka itu jauh lebih kecil dibandingkan jumlah ganti rugi yang diminta dari pihak Apple sebesar 2,19 milliar dollar AS, atau 8 dollar per paten perangkat.
Hak paten yang menjadi permasalahan tersebut adalah :
-Teknologi Unified search
-Sinkronisasi data
-Slide-to-unlock
-Panggilan telepon dengan menekan layar
-Autocomplete
Menurut Apple Samsung telah melanggar paten tersebut dalam produk perangkat Android miliknya.
Apple meminta bayaran 8 dollar AS per paten, atau 40 dollar AS per perangkat yang memakai kelima paten, sementara Chevalier mengatakan bahwa biaya yang dibayar seharusnya 1,75 dollar AS per perangkat. Analis hak kekayaan intelektual Florian Mueller pada Maret lalu sempat berkomentar bahwa jumlah yang diminta Apple "sangat berlebihan".
Di sisi lain, Apple mempertanyakan metode analisis yang dipakai Chevalier untuk menghitung besarnya ganti rugi biaya lisensi yang harus dibayar Samsung, apabila terbukti melanggar. Samsung sendiri juga menuntut ganti rugi sebesar 7 juta dollar AS dari Apple atas tuduhan pelanggaran dua paten software.
Jadi bagaimanakah akhirnya ? kita tunggu saja keputusan dari pengadilan di California, Amerika Serikat.
referensi : kompas.com
CNET